APMI (Asosiasi Promotor Musik Indonesia) adalah wadah komunikasi para Promotor Musik Domestik dalam menciptakan visi dan misi melalui beragam program yang mengeksplorasi ide baru, edukasi, networking dan pengembangan lainnya dan sebagai proteksi bisnis sepanjang masa. Dino Hamid (Ketua Umum APMI) dan Dewi Gontha (Ketua Bidang Program & Investasi) menyampaikan skenario kerja yang terukur melalui perbincangan virtual dua hari setelah meresmikan pendirian APMI (30 Oktober 2020).
1. Sejak kapan pendirian APMI mulai digagas dan dibicarakan tuntas?
Dino Hamid: Secara pribadi, pemikiran untuk mendirikan asosiasi promotor musik sebenarnya telah terbersit pada saat menghadiri Konferensi MIDEM 2018 bersama BEKRAF di Prancis. Saat itu hanya saya delegasi yang murni mewakili perusahaan pribadi bukan asosiasi. Sementara di belahan dunia lain telah berjalan asosiasi seperti Association of Independent Festival (AIF), Music Venue Trust (MVT), Association of Festival Organisers dan lain-lain.
Setelah kembali dari acara tersebut, saya berniat untuk merancang asosiasi, namun karena satu dan lain hal, proses inisiasi tertunda. Di saat semua lini bisnis konser terdampak pandemik C-19, maka di sekitar bulan Juni 2020, kami semakin intens berkomunikasi. Dalam sebuah grup diskusi kecil, kami bertukar pandangan mencari solusi tepat guna untuk para penyelenggara kegiatan (event), pekerja, pengisi acara, vendor, tenant, pengelola venue dalam skala luas. Asosiasi adalah badan hukum yang paling akurat untuk menyampaikan aspirasi secara efektif kepada Pemerintah.
Tujuh orang Promotor Musik yang menjadi pendiri APMI adalah Dewi Gontha (Java Jazz Festival, Java Festival Production), Dino Hamid (Berlian Entertainment), Emil Mahyudin (Nada Promotama), David Karto (Synchronize Festival), Darshan Pridhnani (Hype Festival), Donny Junardy (Hammersonic Festival), dan Anas Syahrul Alimi (Prambanan Jazz, Rajawali Indonesia).
2. Apakah sebelumnya kita tidak pernah memiliki asosiasi Promotor Musik di Indonesia? Apa saja titik temu yang terhimpun sehingga asosiasi cepat sekali terbentuk?
Dewi Gontha: Sebenarnya wacana untuk mendirikan asosiasi promotor musik sempat disampaikan oleh Mas Adrie Soebono (JAVA Musikindo), namun pada saat itu semua promotor musik sibuk dengan portfolio bisnisnya dan sama sekali tidak punya pemikiran untuk bersatu. Sebelumnya kami semua terhubung melalui PKPE (Persaudaraan Kami Pekerja Event), pendeknya kami sudah saling kenal.
Kebetulan kami bertujuh menjadi cukup intens berbincang setelah pertemuan dengan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Baparekraf untuk sosialisasi protokol Kesehatan yang dinamai dengan “Panduan Pelaksanaan Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan dan Kelestarian Lingkungan di Penyelenggaraan Kegiatan (Event)”. Fakta lainnya adalah kami bertujuh adalah seumuran dan satu visi untuk pemikiran jangka panjang. Itulah kenapa kami mendirikan APMI secara resmi pada Hari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 2020.
3. Bagaimana dengan keberadaan para Promotor Musik yang lain yang jumlahnya juga cukup banyak?
Dino Hamid: Kami bergerak sangat cepat dan inisiatif ini dimulai dengan grup kecil terlebih dahulu. Kami berusaha untuk efisien di langkah awal, namun bila ke depan teman-teman merasa nyaman bergabung, tentunya akan terjadi konektivitas yang dinamis agar industri ini segera bangkit kembali seperti sedia kala.
Dewi Gontha: Pola pikir kami dalam membentuk asosiasi ini hampir sama dengan membuat event. Mungkin akan ada cara pandang lain. Selain menciptakan persyaratan keanggotaan agar tidak terlalu variatif, kami juga tidak tahu apakah semua promotor akan bergabung atau sebaliknya. Namun bagi kami adalah kalau tidak dimulai sekarang, maka niat kami untuk segera berkontribusi kepada pekerja event tidak dapat direalisasikan di masa kritis ini.
Dino Hamid: Dalam satu lingkup asosiasi tentunya semua anggota akan mendapatkan manfaat dari visi misi yang dibentuk bersama. Saya bahkan telah merasakan manfaat berdekatan, Pertolongan dari Mbak Dewi Gontha sangat berarti saat Berlian Entertainment mempersiapkan Program New Live! Experience di International Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat, pada 29 dan 30 Agustus 2020.
4. Dasar pemikiran apa yang dimiliki agar eksistensi APMI dapat diperjuangkan oleh anggotanya?
Dino Hamid: APMI memiliki empat pilar utama yakni Idea, Network, Education dan Innovation. Idea adalah yang berkaitan dengan kreatifitas untuk pertunjukan.
Network akan menitik-beratkan pada pembentukan dan perawatan jaringan kerja seperti sponsor, agen artis, musisi, vendor acara, pekerja lepasan industri yang memiliki ketrampilan khusus dan juga bekerja sama dengan pemerintah terkait aturan dan kebiijakan yang terkait dengan industri ini.
Education akan fokus pada diskusi dan pembelajaran bagi para promotor untuk bisa membuat sebuah pertujukan dan atau festival musik yang sesuai dengan standard internasional. Innovation yang akan jadi esensial karena pentingnya inovasi terbaru dalam festival atau pertunjukan musik yang bisa dipergunakan oleh semua pelaku industri untuk menciptakan tatanan kerja yang lebih bermanfaat dan efisien.
5. Seperti apa kontribusi finansial dan non finansial yang selayaknya diberikan oleh setiap anggota kepada APMI agar operasional program dapat berjalan sesuai rencana?
Dino Hamid: Masing-masing dari kami para pendiri berkontribusi di awal untuk kegiatan operasional dengan resources-nya masing-masing. Semua akan diperhitungkan pada waktunya. Itulah kenapa dengan ekspertis yang saling berbeda, maka kami semua telah mengemban amanah sebagai berikut:
Ketua Umum: Dino Hamid ( Berlian Entertainment)
Sekretaris Jenderal: Emil Mahyudin (Nada Promotama)
Ketua Bidang Program dan Investasi: Dewi Gontha (Java Festival Production)
Kabid Komunikasi, Promosi dan Humas: David Karto (Synchronize Festival)
Kabin Pengembangan, Jaringan & Pendidikan: Anas S Alimi (Prambanan Jazz Festival)
Kabid Hubungan Internasional: Darshan Pridhnani (Hype Festival)
Kabid Organisasi dan Keanggotaan: Donny Junardy (Hammersonic Festival)
Sebagai Ketua Umum APMI, tentunya saya punya Program Kerja 100 Hari Pertama. Kini saya telah melakukan sosialisasi kepada stakeholder (ekosistem, pemerintah, lintas asosiasi). Juga telah dijadwalkan Rakernas APMI I pada Tanggal 28 Januari 2021 untuk mempertanggung-jawabkan kinerja dan pencapaian atas semua eksekusi yang dilakukan dan sekaligus mengukur masukan baru dari semua bidang yang terkait. Karena prioritas orientasi kami adalah ke manfaat yang akan diberikan kepada para anggota.

6. Apa saja program kerja APMI yang akan dieksekusi dalam jangka pendek?
Dewi Gontha: Kami sedang mempersiapkan program tertulis, namun fungsi asosiasi adalah mendata para penyelenggara event yang bergerak di industri. Dalam jangka pendek, kami akan mengadakan komunikasi dan kerjasama yang proaktif (kemitraan) dengan pemerintah, perusahaan BUMN dan swasta dan pihak lain yang saling mendukung dan saling menguntungkan.
Kami juga akan mencari potensi sumber pendanaan organisasi. Dengan memiliki konsorsium investasi yang diorkestrasi dengan baik maka akan membantu meningkatkan bobot pengembangan ke depan.
7. Indonesia selalu dilihat sebagai pasar yang seksi dan menarik oleh para pebisnis dari luar negeri. Apakah dengan hadirnya APMI maka mereka masih tetap punya peluang untuk berbisnis di negara ini dalam porsi tertentu atau sama sekali tertutup?
Dewi Gontha: Ada sebuah insiden di luar kota, dimana promotor asing tersebut tidak memiliki izin beroperasi di Indonesia. Menurut hemat kami, apapun yang bunyinya asing maka harus bekerjasama dengan Indonesia. Di luar hal tersebut, kami juga membutuhkan proteksi sebagai pelaku yang membangun industri dan menciptakan pasar musik yang besar. Segalanya harus seimbang.
@2020/AldoSianturi/Photo: APMI, Aldo Sianturi